Pada zaman Demak Raja yang bertahta ialah Raden Patah, bergelar Sultan Sah Alam Akbar. Beliau mempunyai minat pada permainan wayang sering kali mendalang Wayang Beber, padahal Wayang Beber mempunyai wujud gambar manusia yang dalam agama Islam menjadi larangan. Itulah sebab para wali tidak menyetujui, akhirnya Wayang Beber tidak dihiraukan dan tidak laku. Kemudian Para Wali menciptakan Wayang Purwa dari kulit, mengambil sumber dari zaman Prabu Jayabaya. Bentuk wayang diubah, supaya tidak berbentuk manusia yang dilarang oleh agama. Bahan tetap dari kulit. Perubahan bentuk wayang, tinggi badan ditambah, tangan panjang sampai kaki, supaya jauh dari bentuk manusia. Juga hidung, leher, badan, kaki, semua tampak lebih panjang sehingga hilang bentuk manusia.
Pada zaman Demak, Wayang Kulit Purwa berkembang kembali, tersebar luas sedang Wayang Beber tenggelam, hanya menjadi tontonan di dusun-dusun. Peristiwa ini diabadikan dengan sengkalan Sirna Suci Caturing Wong tahun 1440. Sunan Kalijaga juga mencipatakan Wayang Kayon atau Gunungan, dengan sengkalan Geni Dadi Sucining Jagad tahun 1443.
Postingan terkait:
Belum ada tanggapan untuk "Wayang Pada Zaman Demak"
Post a Comment