Kota Kuno Kerajaan Majapahit

Kota-kota di Indonesia lahir jauh lebih belakangan dibanding dengan kota-kota di belahan dunia lain, semisal di Timur Tengah atau di Eropa. Selama ini peninggalan-peninggalan arkeologis yang merujuk pada masa-masa awal dari sejarah Indonesia sebagian besar diidentifikasi sebagai tempat ritual keagamaan, yaitu percandian. Beberapa candi penting yang disinyalir sebagai tempat ritual keagamaan antara lain Candi Dieng, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan lain-lain. Candi-candi tersebut diduga dibangun pada masa Hindu-Buddha sekitar abad ke-7 sampai abad ke-10 pada Wangsa Sailendra dan Wangsa Siwa. Mengherankan bahwa di sekitar percandian tidak ditemukan situs yang menunjukkan ibukota kerajaan, padahal masyarakat dan pemerintahan pada masa itu mampu membangun tempat ritual yang menakjubkan.

Beberapa ahli mengatakan bahwa gejala urbanisasi yang membentuk lingkaran pemukiman kota masih belum tampak sebelum abad ke-12. Urbanisasi atau proses pengkotaan baru muncul setelah pusat kerajaan tradisional bergeser dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Kemungkinan besar, kota yang paling awal berkembang pada periode Jawa Timur adalah ibukota Majapahit, yaitu Trowulan. Berdasarkan hasil rekonstruksi Stutterheim (1948) dan Maclaine Pont (1924) didapat keterangan bahwa Trowulan sudah menampakan sebuah kota dengan konsep kota tradisional Jawa, dengan alun-alun sebagai pusat kota. Di tengah alun-alun terdapat bangunan yang kemungkinan besar merupakan tempat raja dan para menterinya duduk untuk menghadiri upacara-upacara. Maclaine Pont melakukan rekonstruksi ibu kota kerajaan Majapahit  berdasarkan uraian dalam Negarakertagama yang ditulis oleh Prapanca.

denah kota Trowulan, Majapahit hasil rekonstruksi yang dilakukan oleh Maclaine Pont berdasarkan keterangan pada Kitab Negarakertagama
Ibu kota Kerajaan Majapahit hasil rekonstruksi Maclaine Pont
berdasarkan pada Negarakertagama
Peta rekonstruksi yang dibuat oleh Maclaine Pont memperlihatkan bahwa pusat aktivitas kota terdapat di selatan alun-alun kota, yaitu pada sebuah Bangsal Wanguntur tempat di mana raja menerima orang-orang yang menghadapnya. Di sekeliling Wanguntur terdapat bangunan-bangunan untuk para pejabat tinggi dan para pemuka agama. Jika rekonstruksi yang dibuat oleh Maclaine Pont dianggap cukup tepat dalam menggambarkan ibu kota Majapahit, maka bisa dikatakan bahwa kota tersebut merupakan tipikal kota awal di Indonesia. Kota-kota di Jawa yang berkembang pada periode selanjutnya merupakan kelanjutan dari tipikal kota yang dikembangkan di ibu kota Majapahit tersebut. Sayangnya sampai saat ini para ahli arkeolog perkotaan belum banyak yang menggali situs kota-kota awal di Indonesia, sehingga secara umum tidak banyak diketahui secara umum model kota-kota yang berkembang pada periode awal.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kota Kuno Kerajaan Majapahit"

Post a Comment