Masa Kolonial di Indonesia, khususnya yang disebabkan oleh kedatangan dan juga kemudian penguasaan bangsa-bangsa dari Eropa, khususnya Portugis dan Belanda, telah meninggalkan jejaknya pula di ranah seni pertunjukan. Pengaruh yang paling cepat masuknya ialah seni musik. Sistem nada diatonik yang awalnya dibakukan di Eropa sebagai semacam sistem musik universal, cepat diadopsi secara luas di wilayah pemerintahan kolonial disebut Nederlandsch Indië. Sistem nada ini diperkenalkan melalui sistem persekolahan modern yang diperkenalkan oleh orang Belanda, serta juga melalui persebaran agama Nasrani, baik Katolik maupun Protestan. Sebagaimana yang diketahui dalam peribadatan agama Nasrani terdapat nyanyian-nyanyian Gereja dengan sistem nada diatonik. Di dalam sekolah-sekolah pun pelajaran menyanyi masuk dalam kurikulum, dan isinya adalah menyanyi ke dalam sistem nada diatonik itu. Bersama dengan sistem nada diatonik itu diperkenalkan juga instrumen-instrumen musik dari Eropa seperti biola, piano, gitar, dan sebagainya. Musik klasik dan musik populer barat sama-sama mendapat sambutan luas oleh penduduk Indonesia, terutama yang hidup di kota-kota. Selanjutnya penguasaan akan media ekspresi musikal barat ini digunakan secara kreatif untuk menciptakan gaya-gaya musik populer yang khas Indonesia, yaitu Keroncong dan Dangdut.
Kalau musik barat begitu menyebar luas berkat statusnya sebagai pelajaran wajib di sekolah umum, tidak demikian halnya dengan tarian dari Eropa, yaitu Ballet yang dianggap klasik dan menjadi milik seluruh peradaban barat. Sekolah-sekolah ballet memang berdiri di Indonesia, tetapi kaum muda Indonesia pada waktu itu banyak yang masih suka mempelajari tari-tari tradisional dari Indonesia sendiri. Berbeda dengan itu, teater barat mendapat tempat sentral dalam perkembangan seni pertunjukan di Indonesia. Teater barat yang bersifat memainkan peran-peran manusia sebagaimana adanya dalam kehidupan masa itu, tanpa stilasi dan karakterisasi dalam tipologi yang baku, ternyata memperoleh tempat di perkembangan teater di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Teater yang tumbuh di landasan teater barat, bersama dengan musik Indonesia yang tumbuh di atas landasan musik barat/diatonik, menjadi penyumbang langsung dalam “Kebudayaan Nasional” Indonesia.
Postingan terkait:
Belum ada tanggapan untuk "Pengaruh Kolonial Eropa Pada Seni Pertunjukan di Indonesia"
Post a Comment