Mohammad Husni Thamrin; Tokoh Betawi dan Politikus Santun

Mohammad Husni Thamrin dilahirkan di Sawah Besar, Batavia, tahun 1894.ia dari keluarga yang berada. Kakeknya, Ort adalah orang Inggris menikah dengan perempuan Betawi, Noeraini. Ayahnya, Thamrin Mohammad Tabrie, pernah menjadi wedana Betawi tahun 1908, jabatan tertinggi nomor dua bagi seorang pribumi setelah bupati. Ia masuk sekolah Belanda. Memulai karir sebagai pegawai magang di Residen Batavia dan pegawai di perusahaan pelayaran, M.H. Thamrin Dewan Kota (Gemeenteraad 1919) lalu di Dewan Rakyat (Volksraad 1927).

Thamrin bergerak dengan penuh semangat di Volksraad, Thamrin sering disebut satu napas dengan Bung Karno. Ia hadir saat Soekarno diadili, kala dijebloskan di penjara, saat Bung Karno dibuang ke Ende. Belanda menghukum Thamrin dengan tahanan rumah setelah Soekarno berkunjung ke rumahnya. Dengan demikian Thamrin menjadi orang penghubung kelompok pergerakan yang kooperatif dan non-kooperatif, juga antara kelompok pergerakan dengan Volksraad.

Apabila Soekarno berpidato soal makro, seperti falsafah dan ideologi negara, Thamrin lebih pada ke persoalan mikro, seperti kampung yang kumuh tanpa penerangan dan masalah banjir. Ia memprotes mengapa perumahan elite Menteng yang diprioritaskan pembangunannya, sedangkan perkampungan kumuh diabaikan. Ia mempersoalkan harga-harga komoditas seperti kedelai, beras, gula, karet, kapuk, kopra dan bahan kebutuhan pokok. Ia berbicara tentang pajak dan sewa tanah.

Walau ia sering kalah dalam pemungutan suara apabila ada peraturan-peraturan pemerintah Hindia-Belanda yang merugikan kaum perjuangan, ia tetap mengajukan mosi. Walau tanpa organisasi politik, ia mampu meniti karier politik di Dewan Rakyat. Ia memiliki prinsip sebagaimana tercermin dalam pernyataannya “Nasionalis kooperatif dan non-kooperatif memiliki satu tujuan bersama yang sama-sama yakin pada Indonesia Merdeka!”

Meski mulanya dipandang sebagai tokoh kooperatif, pada akhirnya justru Thamrin dianggap tokoh yang dianggap berbahaya oleh pemerintah Hindia-Belanda. Thamrin tidak mengibarkan bendera Belanda di rumahnya pada ulang tahun Ratu Wilhelmina, 31 Agustus 1940. Ia dikenai tahanan rumah karena dianggap tidak setia kepada pemerintah. Di rumahnya Thamrin menderita sakit, ia muntah-muntah dan demam tinggi. Dokter datang ke rumahnya untuk memeriksa keadaannya namun terlambat, pada 11 Januari 1941 beliau meninggal dunia, Thamrin dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Pada tahun 1960 Presiden Soekarno memberikan gelar Pahlawan Nasional pada Thamrin.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Mohammad Husni Thamrin; Tokoh Betawi dan Politikus Santun"

Post a Comment