Persaingan diantara perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda yang mencari banyak rempah-rempah tersebut tidak dikehendaki. Pada waktu itu ada empat perwakilan dagang Belanda yang saling bersaing; persaingan di seluruh wilayah Indonesia yang menghasilkan rempah-rempah itu menyebabkan naiknya harga dan bertambah banyaknya pengiriman ke Eropa, sehingga mengakibatkan semakin kecilnya keuntungan yang diperoleh. Pada tahun 1598 parlemen Belanda (Staten Generaal) mengajukan sebuah usulan supaya perusahaan-perusahaan yang saling bersaing itu sebaiknya menggabungkan kepentingan mereka masing-masing ke dalam suatu fusi. Diperlukan waktu empat tahun sebelum perusahaan-perusahaan itu dapat disadarkan untuk membentuk fusi semacam itu.
Pada bulan Maret 1602 perusahaan-perusahaan yang saling bersaing itu bergabung membentuk Perserikatan Maskapai Hindia Timur, VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). Kepentingan yang saling bersaing itu diwakili oleh sistem majelis (Kamer) untuk enam wilayah di negeri Belanda. Setiap majelis mempunyai sejumlah direktur yang telah disetujui, yang seluruhnya berjumlah tujuh belas orang dan disebut sebagai Heeren XVII (tuan-tuan tujuh belas), markas besar VOC ditempatkan di Amsterdam. Berdasar oktroi yang diberikan oleh parlemen, maka VOC mempunyai wewenang untuk
- Mendaftar personel atas dasar sumpah setia
- Melakukan peperangan
- Membangun benteng-benteng
- Mengadakan perjanjian-perjanjian di seluruh Asia
Pada tahun pertama Heeren XVII menangani sendiri segala urusan VOC, tetapi segera disadari bahwa mereka tidak mungkin dapat mengelola pelaksanaan tugas harian di Asia. Jarak kawasan ini sangat jauh sehingga pertukaran berita antara Amsterdam dan Indonesia dapat memakan waktu 2 atau 3 tahun. Pada tahun-tahun pertama VOC memberikan keuntungan yang besar, tetapi hanya sedikit keberhasilan militer yang dicapai dalam menghadapi orang-orang Portugis dan Spanyol.
Portugis di Ambon mendapat tekanan berat yang dilancarkan oleh musuh lokal mereka pada akhir abad ke XVI. Kedatangan orang-orang Belanda semakin mendesak Portugis. Pada tahun 1600 orang-orang Belanda bergabung dengan penduduk Hitu dalam persekutuan anti Portugis, dan untuk itu Belanda mendapat imbalan berupa hak tunggal untuk membeli rempah-rempah dari Hitu. Pada Februari 1605 VOC dengan persekutuan dengan Hitu menyerang Portugis di Ambon. Kini orang-orang Portugis menyerah pada VOC, dan VOC menduduki benteng Portugis di Ambon, memberinya nama baru ‘Victoria’. Meskipun sudah mencetak keberhasilan di Ambon, tetapi orang-orang Belanda masih jauh dari tujuan mereka untuk memonopoli rempah-rempah, dan dengan jalan mengusir saingannya bangsa Eropa mencegah supaya rempah-rempah tidak melimpah ruah di Eropa.
Untuk menangani secara lebih tegas lagi urusan-urusan VOC di Asia, maka pada tahun 1610 diciptakan jabatan gubernur jenderal. Untuk mencegah kemungkinan kekuasaan gubernur jenderal yang bersifat despostis, maka dibentuklah Dewan Hindia (Raad van Indiƫ) untuk menasihati dan mengawasinya. Walaupun Heeren XVII masih tetap memegang seluruh kekuasaan serta mengangkat dan juga memecat gubernur jenderal, tetapi tampak jelas bahwa kegiatan di Asia mulai tahun 1610 sebagian besar ditentukan oleh gubernur jenderal.
Belum ada tanggapan untuk "Pembentukan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie)"
Post a Comment