Orang-orang Eropa, terutama Bangsa Portugis mencapai
kemajuan-kemajuan di bidang teknologi tertentu. Dengan bekal pengetahuan
geografi dan astronomi yang semakin baik, maka Bangsa Portugis menjadi pelayar
yang semakin baik. Dengan memadukan layar yang berbentuk segitiga dan tali
temali persegi serta memperbaiki konstruksi, mereka telah kapal-kapal yang
lebih cepat, mudah digerakkan, dan lebih tangguh untuk mengarungi samudera.
Mereka juga menempatkan meriam di kapal untuk pertahanan.
Berkat dari kemajuan teknologi pelayaran juga didorong
atas kemauan dan kepentingan, para pelaut dan petualang Portugis memulai usaha
untuk pencarian emas, kemenangan dalam peperangan, serta juga berusaha untuk
mencari rempah-rempah yang di mana pada zaman itu rempah-rempah merupakan
sebuah komoditi yang sangat berharga dan mahal di Eropa.
Pada Tahun 1487 Bartolomeus Dias mengitari Tanjung
Harapan dan dengan demikian ia telah memasuki kawasan Samudera Hindia. Pada
tahun 1497 Vasco da Gama sampai di India. Namun bagaimanapun juga,
barang-barang yang ingin Portugis jual tidak dapat bersaing di pasaran India
yang canggih dengan hasil-hasil yang mengalir melalui jaringan perdagangan
Asia. Oleh karena itu Bangsa Portugis harus menempuh jalur peperangan di laut
untuk mengokohkan diri. Usaha yang berani itu ditempuh oleh Alfonso de
Albuquerque. Pada tahun 1503 Albuquerque berangkat menuju India, dan pada tahun
1510 dia menaklukkan Goa di pantai barat yang kemudian menjadi pangkalan
Portugis. Rencananya ialah untuk
mendominasi perdagangan laut di Asia.
Sasaran yang paling penting bagi Portugis waktu itu
ialah perdagangan Asia di Malaka. Setelah mendengar laporan-laporan yang
berasal dari pedagang-pedagang Asia mengenai kekayaan Malaka yang sangat besar,
maka Raja Portugal mengutus Diogo Lopes de Sequeira untuk menemukan Malaka,
menjalin hubungan persahabatan dengan penguasanya, dan menetap disana sebagai
wakil Raja Portugal di sebelah timur India. Sequeira tiba di Malaka tahun 1509.
Pada mulanya disambut dengan senang hati oleh Sultan Mahmud Syah, tetapi
kemudian Sultan Mahmud menganggap bahwa kedatangan Portugis merupakan sebuah
ancaman bagi dirinya. Akhirnya dia berbalik melawan Sequeira, menawan beberapa
anak buahnya dan mencoba menyerang kapal Portugis. Melihat kondisi itu maka
hanya penaklukanlah satu-satunya jalan bagi Portugis untuk mengkokohkan diri di
Malaka.
Pada April 1511, Albuquerque melakukan pelayaran dari
Goa menuju Malaka dengan membawa sekitar 1200 orang dan kurang lebih 17 kapal.
Pertempuran berlangsung dari bulan Juli sampai Agustus, dengan menyerang secara
sporadis maka Malaka berhasil ditaklukkan oleh Portugis. Albuquerque tinggal di
Malaka sampai November 1511, dan selama itu mempersiapkan pertahanan di Malaka,
sesudah itu berangkat kembali ke India.
Malaka telah dikuasai oleh Portugis namun mereka
mengetahui bahwa mereka tidak menguasai perdagangan Asia yang berpusat di sana.
Portugis menghadapi banyak masalah, mereka kekurangan dana dan sumber daya
manusia, bahkan gubernur-gubernur mereka sendiri juga turut berdagang demi
keuntungan pribadi di pelabuhan Malaya, Johor, yang pajak dan harga
barang-barangnya lebih rendah. Para pedagang Asia mengalihkan sebagian besar
perdagangan mereka ke pelabuhan lain dan menghindari Portugis. Mereka tidak
berhasil memonopoli perdagangan Asia.
Bangsa Portugis tidak terpaku dengan hanya di Malaka,
mereka mulai mencari tujuan utama mereka yaitu menemukan ‘Kepulauan
Rempah-rempah’ Indonesia Timur. Segera setelah Malaka ditaklukkan, Bangsa
Portugis mengirim misi penyelidikan ke arah timur dipimpin oleh Francisco
Serrao. Pada tahun 1512 di berhasil mencapai Hitu (Ambon sebelah utara). Di
sana di menunjukkan ketrampilan perang sehingga membuat dirinya disukai oleh
penguasa daerah, hal ini juga mendorong para penguasa kedua pulau yang bersaing,
Ternate dan Tidore untuk menjajaki kemungkinan untuk memperoleh bantuan dari
Portugis. Portugis disambut baik di daerah tersebut karena mereka juga dapat
membawa bahan makanan dan membeli rempah-rempah.
Orang-orang Portugis mengadakan persekutuan dengan
Ternate dan pada tahun 1512 mulai membangun sebuah benteng di sana. Hubungan
mereka dengan penguasa yang beragama Islam menjadi renggang karena mereka juga
berusaha untuk melakukan Kristenisasi. Akhirnya, pada tahun 1575 orang-orang
Portugis diusir dari Ternate setelah terjadi pengepungan selama 5 tahun. Mereka
kemudian berpindah ke Tidore dan membangun benteng baru. Akan tetapi Ambon yang
menjadi pusat utama kegiatan-kegiatan Portugis di Maluku. Ternate menjadi sebuah
kerajaan yang berkembang yang gigih menganut Islam dan anti Portugis di bawah
pemerintahan Sultan Ba’abullah.
Di antara petualang Portugis tersebut ada seorang
Eropa berkebangsaan Spanyol ia bernama Fransiskus Xaverius, yang bersama
Ignatius Loyola mendirikan Ordo Jesuit. Pada 1546-1547 Xaverius bekerja di
antara orang-orang Ambon, Ternate dan Morotai. Dia melanjutkan kegiatan misinya
ke Jepang, setelah Xaverius pergi dari Maluku orang-orang lain melanjutkan
pekerjaannya. Pada tahun 1560-an terdapat sekitar 10.000 orang Katolik di
wilayah itu yang sebagian besar berdomisili di Ambon, dan pada tahun 1590-an
terdapat 50.000 sampai 60.000 orang. Usaha Kaum Misionaris yang
bersungguh-sungguh ini berlangsung pada tengahan abad ke-16, setelah gerakan
penaklukan Portugis berhenti, Kristen secara serius sampai ke Indonesia Timur
dalam waktu yang cukup lama. Pada waktu itu kepentingan Portugis di Timur telah
bergeser dari Maluku.
Di Maluku Portugis meninggalkan ciri lain dari
kebudayaan mereka. Balada-balada musik keroncong yang romantis yang dinyanyikan
dengan iringan gitar berasal dari kebudayaan Portugis, kata-kata Indonesia yang
berasal dari Portugis seperti pesta, sabun, sepatu, bendera, meja, minggu, dan
lainnya. Ada juga masih ditemukan nama-nama dari Portugis seperti da Costa,
Dias, Gonsalves, da Silva dan lain-lainnya.
Dibandingkan dengan tujuan orang-orang Portugis untuk menaklukkan
perdagangan Asia, warisan yang ditinggalkan mereka di Indonesia hanya sedikit:
kosa kata, nama, musik keroncong. Dan semua hal itu adalah hal-hal yang telah
diputuskan oleh bangsa Indonesia untuk dijadikan milik mereka. pengaruh paling
besar dari kedatangan bangsa Portugis ialah terganggu dan kacaunya jaringan
perdagangan akibat ditaklukkannya Malaka pada waktu itu dan penyebaran agama
Katolik di beberapa daerah di Maluku. Perlu diakui bahwa pengaruh penyebaran
agama Katolik di Maluku ini lebih merupakan hasil jerih payah dari seorang
jesuit dan para pengikutnya daripada jerih payah Bangsa Portugis.
Belum ada tanggapan untuk "Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia"
Post a Comment